Yayasan Literasi Anak Indonesia

Berita YLAI

Pengembangan Buku Nonfiksi Pendidikan Perubahan Iklim

Mungkin kita perlu mengingat Greta Thunberg. Aksinya yang paling heroik adalah mengecam para pemimpin dunia yang dianggap gagal mengatasi permasalahan iklim dunia. Di hadapan KTT Perubahan Iklim di New York tahun 2018, gadis berusia 16 tahun itu mendorong para pemimpin dunia untuk bertindak. Greta adalah seorang aktivis yang dikenal karena kegigihannya dalam menyuarakan isu perubahan iklim. Selebihnya, yang perlu kita ingat adalah ia seorang anak.

Kesadaran ini mendorong adanya kemitraan antara YLAI dan INOVASI serta Kemendikbud untuk menciptakan buku nonfiksi informatif dan modul ajar tentang Pendidikan Perubahan Iklim. Disampaikan oleh Feiny Sentosa, Deputy Director Technical DFAT – INOVASI, pelatihan menulis ini menjadi bagian dari gerakan bekerja sama dengan mitra lokal, untuk menemukan solusi lokal, dari masalah lokal terkait isu perubahan iklim di Indonesia. Para penulis cerita anak akan dilatih untuk menghasilkan bacaan nonfiksi informatif yang dapat digunakan di ruang kelas. Dengan fokus pada isu-isu yang relevan secara lokal, penulis diharapkan dapat menuangkan isu perubahan iklim di sekitar mereka dan menawarkan ide-ide bagaimana memitigasinya.

Dalam proses pelatihan, para penulis akan mengembangkan teks nonfiksi yang edukatif dan relevan sesuai konteks Indonesia. Ini Ketut Ayu Sugati, Direktur Eksekutif YLAI, mengingatkan bahwa penciptaan buku anak harus menarik. Jika unsur ini tidak muncul, buku kehilangan daya untuk menarik pembaca anak. Bacaan ini juga akan dilengkapi dengan modul ajar yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam pengajaran di kelas. Modul ajar ini dirancang agar mudah digunakan, sehingga guru dapat dengan mudah mengintegrasikan materi perubahan iklim ke dalam pelajaran sehari-hari. Dengan adanya modul ini, siswa akan diajak untuk lebih aktif memahami dan mendiskusikan perubahan iklim.

Tujuan dari penulisan ini pada akhirnya adalah untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Melalui bacaan yang relevan dan didukung oleh modul ajar, siswa diharapkan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perubahan iklim serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Kesadaran ini menjadi penting agar mereka mampu berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan di masa depan. Selain memberi manfaat untuk siswa, buku yang dihasilkan juga akan memberikan dampak positif bagi guru. Buku nonfiksi yang dihasilkan akan menjadi sumber bacaan yang kaya dan kontekstual, sehingga guru lebih mudah menemukan referensi untuk mengampanyekan perubahan iklim di kelas. 

Buku nonfiksi dan modul ajar ini akan dimanfaatkan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Kemendikbudristek melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) telah meluncurkan Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dalam acara bertema “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka”. Panduan dan juga buku-buku yang akan dihasilkan dari pelatihan penulisan ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah, sekolah, guru, kepala sekolah, orang tua, serta mitra lainnya dalam mengajarkan kesadaran tentang perubahan iklim dan langkah-langkah untuk mengatasinya. Setiap orang, termasuk anak-anak, memiliki tanggung jawab untuk menjalani gaya hidup yang lebih ramah lingkungan demi masa depan bumi dan lingkungan.

Kesadaran ini mendorong adanya kemitraan antara YLAI dan INOVASI serta Kemendikbud untuk menciptakan buku nonfiksi informatif dan modul ajar tentang Pendidikan Perubahan Iklim. Disampaikan oleh Feiny Sentosa, Deputy Director Technical DFAT – INOVASI, pelatihan menulis ini menjadi bagian dari gerakan bekerjasama dengan mitra lokal, untuk menemukan solusi lokal, dari masalah lokal terkait isu perubahan iklim di Indonesia. Para penulis cerita anak akan dilatih untuk menghasilkan bacaan nonfiksi informatif yang dapat digunakan di ruang kelas. Dengan fokus pada isu-isu yang relevan secara lokal, penulis diharapkan dapat menuangkan isu perubahan iklim di sekitar mereka dan menawarkan ide-ide bagaimana memitigasinya.

Dalam proses pelatihan, para penulis akan mengembangkan teks nonfiksi yang edukatif dan relevan sesuai konteks Indonesia. Ayu Sugati, Direktur Eksekutif YLAI, mengingatkan bahwa penciptaan buku anak harus menarik. Jika unsur ini tidak muncul, buku kehilangan daya untuk menarik pembaca anak. Bacaan ini juga akan dilengkapi dengan modul ajar yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam pengajaran di kelas. Modul ajar ini dirancang agar mudah digunakan, sehingga guru dapat dengan mudah mengintegrasikan materi perubahan iklim ke dalam pelajaran sehari-hari. Dengan adanya modul ini, siswa akan diajak untuk lebih aktif memahami dan mendiskusikan perubahan iklim.

Tujuan dari penulisan ini pada akhirnya adalah untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Melalui bacaan yang relevan dan didukung oleh modul ajar, siswa diharapkan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perubahan iklim serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Kesadaran ini menjadi penting agar mereka mampu berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan di masa depan. Selain memberi manfaat untuk siswa, buku yang dihasilkan juga akan memberikan dampak positif bagi guru. Buku nonfiksi yang dihasilkan akan menjadi sumber bacaan yang kaya dan kontekstual, sehingga guru lebih mudah menemukan referensi untuk mengkampanyekan perubahan iklim di kelas. 

Buku nonfiksi dan modul ajar ini akan dimanfaatkan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Kemendikbudristek melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) telah meluncurkan Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dalam acara bertema “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka”. Panduan dan juga buku-buku yang akan dihasilkan dari pelatihan penulisan ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah, sekolah, guru, kepala sekolah, orang tua, serta mitra lainnya dalam mengajarkan kesadaran tentang perubahan iklim dan langkah-langkah untuk mengatasinya. Setiap orang, termasuk anak-anak, memiliki tanggung jawab untuk menjalani gaya hidup yang lebih ramah lingkungan demi masa depan bumi dan lingkungan.

Tinggalkan Balasan

{{ reviewsTotal }}{{ options.labels.singularReviewCountLabel }}
{{ reviewsTotal }}{{ options.labels.pluralReviewCountLabel }}
{{ options.labels.newReviewButton }}
{{ userData.canReview.message }}

Berita Lain

Meningkatkan Literasi Anak Melalui Perpustakaan Ramah Anak
Biji Jagung untuk Bayi
Simposium Literasi Gemilang untuk Tanah Marapu, Waikabubak, Sumba Barat