Pernahkah kamu membayangkan sebuah pulau indah di tengah lautan, dengan padang savana luas, hutan rimbun, dan pantai pasir putih yang memukau? Itulah Sumba, atau yang dikenal juga sebagai Tanah Marapu, permata tersembunyi di Nusa Tenggara Timur. Namun, di balik keindahannya, Sumba menyimpan tantangan besar: masih banyak anak-anak yang belum lancar membaca.
Salah satu kisah datang dari Marlin, siswa kelas 3 SDK Waimamongo. Dulu, Marlin sempat kesulitan membaca saat duduk di kelas 1 dan 2. Tapi berkat pendekatan membaca berimbang yang diterapkan guru-gurunya, Marlin kini sudah jauh lebih lancar. “Saya suka membaca karena bermanfaat untuk saya dan teman-teman. Saya biasanya membaca di rumah dan di sudut baca sekolah,” cerita Marlin dengan antusias.
Bukan hanya Marlin, Orlan—siswa kelas 2 di sekolah yang sama—juga merasakan perubahan besar setelah bisa membaca. “Saya sudah bisa membaca, ibu guru membantu saya membaca dan saya suka mendengarkan cerita,” katanya.
Perubahan ini tak lepas dari peran guru-guru yang selalu didampingi oleh Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI). Melalui pelatihan rutin dan monitoring, para guru mendapatkan bekal untuk mengajarkan membaca dengan cara yang lebih menyenangkan. Tak hanya teori, mereka juga praktik langsung: membaca interaktif, membaca terbimbing, dan membaca bersama. Anak-anak pun jadi lebih semangat datang ke sekolah!
Ternyata, kisah Marlin dan Orlan hanyalah sebagian kecil dari tantangan besar di Sumba. Menurut survei terbaru, lebih dari 115 ribu siswa SD di Sumba masih belum menguasai keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Data nasional pun menunjukkan NTT masih berada di peringkat bawah untuk indeks literasi.
Namun, harapan itu selalu ada. Kepala sekolah di SDK Waimamongo, Ibu Veronika, selalu menekankan pentingnya tanggung jawab dan hati dalam menjalankan program literasi. “Sebagus apapun programnya, semuanya tergantung pada orang yang menjalankan. Kalau dilakukan dengan hati, hasilnya pasti terasa untuk anak-anak,” ujarnya.
Sejak 2022, YLAI telah mendampingi 30 sekolah di Sumba Barat dan Sumba Tengah. Hasilnya luar biasa: persentase siswa kelas 1-3 yang mampu membaca meningkat dari 10% menjadi lebih dari 70%! Tahun ini, YLAI bersama UBS Optimus Foundation memperluas jangkauan ke 34 sekolah baru di Sumba Tengah dan Sumba Timur, dengan target menjangkau lebih dari 2.000 siswa.

Program Membaca Berimbang ini akan berlangsung selama tiga tahun, dengan pendampingan intensif untuk guru dan sekolah. Harapannya, Pulau Sumba tak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tapi juga sebagai tanah yang menumbuhkan generasi pembaca hebat.
Karena di Tanah Marapu, setiap huruf dan kata adalah cahaya harapan untuk masa depan anak-anak Sumba. (RG)