Program membaca berimbang di tiga kabupaten Pulau Sumba—Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur—menjadi harapan baru dalam meningkatkan literasi anak-anak sejak dini. Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) bersama pemerintah daerah berkolaborasi untuk melatih guru, mendampingi siswa, dan memperkuat budaya membaca di sekolah. Melalui pendekatan fonik dan pelibatan orang tua, anak-anak kelas awal semakin terbantu mengenal huruf dan bunyi, meski menghadapi tantangan geografis dan keterbatasan sumber daya. Komitmen bersama ini diharapkan dapat menciptakan generasi pembaca yang cerdas dan siap menghadapi masa depan.
Membaca adalah kunci utama untuk membuka dunia pengetahuan. Dari membaca, anak-anak bisa belajar banyak hal yang akan membantu mereka di masa depan. Tapi sebelum bisa belajar dari buku, mereka harus belajar membaca dulu. Nah, di Pulau Sumba, khususnya di tiga kabupaten—Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur—masalah literasi ini masih jadi tantangan besar.
Banyak guru di sana yang belum memenuhi standar mengajar, distribusi guru PNS juga tidak merata, dan kepala sekolah pun masih butuh dukungan dalam memimpin dan mengawasi pembelajaran. Belum lagi kondisi geografis yang sulit, terutama saat musim hujan, membuat anak dan guru sulit datang ke sekolah. Ditambah, banyak anak kelas awal yang belum pernah mengikuti PAUD, sehingga mereka butuh waktu ekstra untuk mengenal huruf dan bunyi.
Dari pengalaman sekolah binaan YLAI di Sumba Barat, anak-anak kelas satu saat masuk sekolah hampir tidak mengenal huruf dan bunyi sama sekali. Guru-guru masih menggunakan metode pembelajaran umum yang menuntut mereka mengejar kurikulum, sehingga sulit membagi perhatian untuk mendampingi anak secara individual.
Namun, guru-guru mulai menerapkan pendekatan membaca berimbang yang sederhana dan partisipatif. Dengan paket fonik, mereka mengajak anak-anak mengenal huruf dan bunyi secara bertahap. Untuk anak yang masih kesulitan, guru rela meluangkan waktu setelah jam pelajaran untuk mendampingi mereka lebih intensif. Bahkan, guru juga mengunjungi rumah untuk berdiskusi dengan orang tua agar anak bisa belajar di rumah juga.
Untuk menjalankan program membaca berimbang ini, YLAI berkolaborasi dengan pemerintah daerah di tiga kabupaten Sumba. Mereka bersama-sama menyusun MoU dan PKS agar semua pihak bisa berkontribusi sesuai perannya. Pemerintah daerah, mulai dari Dinas Pendidikan hingga bagian hukum dan kerjasama, berkomitmen untuk mendukung program ini dengan memberikan izin, data, kebijakan, anggaran, serta pendampingan selama pelaksanaan. Mereka juga siap melakukan monitoring dan evaluasi bersama YLAI supaya program berjalan lancar dan hasilnya maksimal.
Penandatanganan MoU dan PKS menjadi momen penting yang menandai komitmen pemerintah daerah di Sumba untuk mendukung program membaca berimbang. Program ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan membaca anak-anak kelas 1-3 dan membantu mereka meraih prestasi lebih baik di sekolah. Semoga pendekatan ini juga bisa diperluas ke sekolah-sekolah lain yang belum terjangkau. Dengan kerja sama yang kuat ini, kita berharap Sumba tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tapi juga sebagai tempat lahirnya generasi pembaca yang cerdas dan penuh semangat. (ML)